Berdasarkan data yang di himpun
Yayasan Pendidikan Rakyat (YPR) Sulteng, sebanyak 20 orang warga kelurahan
watusampu, kecamatan palu barat mengidap penyakit muntah darah, batuk darah dan
sakit dada/paru-paru bahkan tiga diantaranya sampai meninggal dunia. Penyakit tersebut
diduga diakibatkan karena polusi udara dari pekerjaan sejumalah perusahaan
tambang galian C yang beroperasi diwilayah itu. Direktur YPR Sulteng Dedy
Irawan mengungkapkan, dari hasil survey yang dilakukan terhadap tujuh
perusahaan tambang yang beroperasi dikelurahan tersebut dan aktivitas
pertambangan dilakukan berada persis dibawah wilayah pemunkiman warga terutama
di wilayah watusampu Dusun III.
“Sejumlah warga banyak yang
mengeluh dan mengatakan bahwa aktivitas tambang sudah hampir masuk di dapur
mereka” ujar dedy, saat jumpa pers di kantor YPR yang beralamat di jalan Alam
Raya, kecamatan palu barat, kamis (3/5).
Dedy melanjutkan, aktivitas penambangan pasir, batu dan kerikil
juga beroperasi tidak jauh dari badan sungai-sungai dan pantai teluk palu, sehingga
tidak mengganggu konsentrasi keseimbangan lingkungan diwilayah pesisir dan
dapat mengakibatkan aliran pinggiran sungai menjadi lebar. Hal ini sangat
berdampak dengan perkebunan serta permukiman masyarakat sekitar serta
penimbunan (reklamasi) yang dilakukan juga merusak ekosistem terumbu karang,
dan vegatasi hutan mangrove,” tuturnya.
Melihat keadaan seperti itu, dedy
mengaku kecewa dengan kebijakan pemerintah kota palu yang terkesan tidak peduli
terhadap kehidupan masyarakat setempat yang setiap hari menghirup udara yang
sudah terkontaminasi dengan debu-debu dari aktivitas pertambangan.
“walikota seharusnya sudah
memikirkan dampak yang akan terjadi jika perusahaan tersebut diberi izin
beroperasi, wsalikota juga seharusnya lebih peduli terhadap kehidupan
masyarakat watusampu, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi dengan
anak-anak disana,” pungkasnya.
Sumber : http://www.harianmercusuar.com/