yprsulteng.com
Minggu, 27 Februari 2011
Kamis, 24 Februari 2011
Sumber : http://www.beritapalu.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1104:dua penambang-tertimbun-longsor&catid=34:palu&Itemid=126
Senin, 21 Februari 2011
Sabtu, 19 Februari 2011
Kalau dilihat sumbangsi perkebunan sawit ke Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), hanya sebesar 9,12 milyar USD, atau 10 persen dari total APBN 2010.“Intinya, sawit itu cenderung merusak lingkungan. Kita ketinggalan jauh dari Malaysia, mereka punya luas perkebunannya hanya 4,9 juta hektar, tapi produktivitasnya mencapai 17,8 ton CPO per tahun,” katanya.
Meski masih diperdebatkan, kata dia riset yang dilakukan di Sumatera Selatan (Sumsel) tahun lalu menyebutkan, bahwa untuk 1 pohon sawit membutuhkan 8-10 liter air per hari. Rata-rata keberadaan perkebunan sawit selalu di area tangkapan air atau water catchment area. Akibatnya, terjadi penggundulan hutan di beberapa daerah untuk perkebunan sawit. Dan wilayah perkebunan mengancam kekeringan di sungai-sungai, dan jika musim hujan tiba, ancaman banjir selalu mengintai.
Senin, 14 Februari 2011
Jumat, 11 Februari 2011
Kapolda : Tak Mau Diatur, Saya Tutup
Palu – kapolda sulawesri Tengah Brigjen Polisi dewa Parsana menyatakan, bila penambang emas di poboya yang tak memiliki izin tak mau di atur , maka akan ditutup. Penambang emas ini selama ini di lakukan di wilayah kontrak karya PT Citra Palu Mineral (CPM ). Pernyataan tegas kapolda ini di nyatakan di depan ratusan penambang emas poboy,kamis (10/02).
“saya minta minta agar penambang mau diatur dulu. Beri kesempatan kepada perusahaan yang memang menjadi pemilik areal untuk melakukan kegiatan eksplorasi, kalau begini terus dan kalian tidak mau diatur , saya akan tutup. Tidak lama kok kalau ini mau ditutup”, tegas Kapolda didamping walikota palu Rusdi Matura.
Lanjut Kapolda, tentunya bila sudah terjadi penutupan maka yang akan merasakan dampaknya adalah penambang sendiri. Penambang akan kehilangan dan bisa-bisa kelaparan dan itu awal dari kematian. Tentunya tentunya kami tidak menginginkan hal itu terjadi kalau sampai terjadi saya sangat prihatin” ujar Kapolda.
Dewa parsana juga meminta agar para penambang tidak terhasut dengan ajakan-ajakan atau provokasi dari manapun untuk melakukan penolakan. Termasuk unjuk rasa yang dilakukan, itu jelasnya. “ saya kembali menegaskan, kalau kalian tidak mau diatur maka Negara melalui kepolisian akan mengambil tindakan” ukar Dewa Parsana.
Pernyataan tegas juga datang dari dari Wali Kota Palu Rusdi Mastura “ saya tidak mau melawan pemerintah pusat” Kontrak karya itu sama kuatnya dengan undang-undang. Tidak mungkin saya lawan. Ini urusan pemerintah. Kalau penambang tidak mau diatur, dan terus melakukan penolakan, maka saya akan lepas tangan dan menyerahkan masalah ini ke kepolisian. Kalau sudah di tangani kepolisian maka penambang pasti akan kalah” ujar Rusdi Mastura.
Penambang di poboya, kata Rusdi merupakan aktivitas tanpa izin atau penambang emas tanpa izin (PETI). Saya meminta kepada penambang untuk mematuhi aturan yang ada “ beri kesempatan kepada CPM Untuk melakukan eksplorasi dulu, baru kita menuntut untuk di berikan wilayah pertambangan rakyat atau WPR. Karena bagaimanapun, CPM selaku pemegang kontrak karya tidak mungkin dihalangi untuk melakukan aktifitasnya” katanya.
Selama ini yang terjadi, tambah rusdi justru yang muncul adalah penolakan-penolakan. Seharusnya yang dilakukan adalah dialogdialaog meminta keastian dari CPM untuk memberikan sejumlah areal lahannya agar dijadikan WPR.
Kepada Bidang Energi dan sumberdaya Mineral Dinas PU ESDM Kota palu Muslimah Malappa mengatakan, dengan luasnya areal penambangang emas di pobaya sebesar 37 ribu hektar, takmungkin semuanya di kelola warga. Untuk itu, warga diminta tidak menolak PT CPM dengan memasang harga mati.” Janganlah sampai memasang harga mati. Sebaiknya warga dan PT CPM duduk satu meja membicarakan dengan baik-baik” kata muslimah. (PATAR/IRMA)
Sumber : media al khairaat jumat 11 Februari 2011.
Rabu, 09 Februari 2011
Penambang dan BATARA Siap Hadang CPM
PALU- Penambang yang di koordinir Barisan Pemuda Tara (BATARA) Mulai respons rencana PT CPM yang akan mulai melakukan mobilisasi peralatan bornya ke poboya, selasa (8/2) hari ini. Senin kemarin (7/2), sekitar pukul 10.30 wita, ratusan massa mulai berkumpul dan terkonsentrasi di dua titik, yakni dipertigaan jalan veteran depan kantor kelurahan lasoani, di sebelah selatan. Dan di sekitar lapangan sepak bola, di kelurahan poboya, palu timur, di sebelah utara. Massa membentangkan spanduk penolakan terhadap rencana kedatangan PT CPM di poboya.
“hari ini (kemarin,red) baru uji coba saja, belum banyak yang datang, besok (hari ini, red) mobilisasi massa akan lebih besar lagi. Kami siap menyambut, kalau CPM benar-benar mau angkut peralatannya ke Poboya” tegas Arsit, salah seorang aktivis BATARA,Kemarin(7/2).
Selain akan memobilisasi penambang dari lokasi tambagn, Arsit mengklaim juga mendapat dukungan massa dari kelurahan poboya dan kelurahan-kelurahan di sekitarnya. “kita lihat saja besok, kalau CPM tetap masuk kami ingin buktikan bahwa kami benar-benar melawan” tegasnya lagi.
Hal senada di ungkapkan Adjaliman, salah seorang tokoh masyarakat kelurahan poboya. Ia mengkalim penolakan atas rencana CPM melanjutkan tahapan eksplorasi sudah final dan sudah merupakan kesepkatan bersama antara msyarakat dan tokoh-tokoh adat di poboya.
“kami di poboya sudah sepakat untuk tidak menandatangani surat kesepakatan dengan CPM. Ini artinya, kami menolak. Setiap saat kami siap menyambutnya, kalau tetap memaksa masuk ke poboya tegasnya.
Humas CPM, Anas yang di konfirmasi menyatakan karena pertimbangan nonteknis, rencana mobilisasi peralatan bor ke poboya selasa (8/2) hari ini di tunda “melihat kondisi di masyarakat hari ini (kemarin,red) kemungkinannya mobilisasi alat ke poboyabesok (hari ini, red) di tunda” ujar Anas via handpone kemarin sore. Ia mengatakan penundaan ini semata-mata hanya persoalan nonteknis saja, dari segi teknis mobilisasi peralatan bor ke poboya itu sudah siap.” Kami tetap upayakan agar minggu ini mobilisasi alat ke poboya itu tetap bisa di lakukan” pungkasnya (ars).
Sumber : Radar Sulteng