Batara Tetap Menolak, CPM Belum Pastikan Waktu
PALU – Barisan Muda Tara (Batara) tetap pada sikapnya memasang harga mati untuk menolak masuknya PT CPM untuk melakukan eksplorasi di pertambangan poboya. Sekertaris Batara Abdul Rahman Y Topasando mengatakan, kontrak karya merupakan produk Soeharto yang mestinya sudah tidak berlaku meski diberlakukan dalam waktu panjang. Namun dengan adanya perubahan Undang-undang (UU) sepatutnya diikuti dengan perubahan keputusan presiden (keppres) tentang Kontrak karya.
Tetapi sayangnya yang terjadi saat ini justru dilakukan perpanjangan kontrak. Amdal dari CPM adalah dokumen Publik yang wajib di transparansikan tetapi saat ini pihak perusahaan tidak pernah mensosialisasikan Amdal tersebut. “sedangkan pemerintah kota saaja tidak tahu menahu tentang amdal yang dikantongi oleh PT CPM untuk eksplorasi di Poboya. Kami hanya mau merdeka secara ekonomi dan berdaulat ditanah kami, bahkan lebih terukur dan terkendali jika dibawa penataan pemerintah kami sendiri,” ujar Rahman, yang juga ketua forum Pemuda Kawatuna ini.
Dia mengatakan, Palu – Parigi daerah patahan (sesar) Palu Koro. Ketika terkena gempa bumi yang berkekuatan besar maka tanah dan tambang CPM akan runtuh. Jarak kelurahan Poboya dengan kota Palu sangan berdekatan 6 kilometer dan berada di ketinggian. Di khawatirkan semua limbah perusahaan akan masuk mengalir kekota Palu terlebih di Teluk Palu.
Kami tidak rela gunung dan hutan kami dirusak oleh perusahaan asing. Janji PT CPM tidak mengganggu pertambangan rakyat, kami tidak percaya akan hal itu. Pasti ada kesulitan di kemudian hari yang dirasakan oleh rakyat. Pokoknya kami tidak rela. Biarkan kami bersama pemda yang kelola, mengapa harus ada CPM,” ujarnya.
Sementara itu, PT Citra Palu Minerals (CPM) belum bisa memastikan kapan waktu yang pas untuk menurunkan alatnya. Dikonvirmasi via telepon pribadinya Rabu malam(9/3) Maneger External Relation PT Citra Palu Minerals(CPM), Syahrial Suandi, mengatakan kalau pihaknya masih harus memastikan benar-benar adanya jaminan keamanan dari pemkot terkait rencana pengeboran tersebut.
“Kami berterimakasih atas respon positif itu, tapi kami harus benar-benar memastikan lampu hijau dari Pemda. Seperti sebelumnya, kami berupaya membangun kami berkomunikasi dengan pemerintah,” katanya. Menurut Syahrial, jika, waktunya sudah pasti, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemuka adat dari warga setempat, sebagai bentuk penghargaan terhadap kearifan local yang ada di Masyarakat Poboya.
“Mugkin akan ada semacam acara adat atau melalui pendekatan agama. Dengan begitu, kita berharap semua pihak termasuk masyarakat bisa menyambut baik niat kami,” tambahnya. (IRMA/SAHRIL)
Sumber : Media Al Khairaat 10 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar